Senin, 12 Maret 2012

CONTOH PROPOSAL LOKASI BERTELUR PENYU


1.                  PENDAHULUAN
Latar belakang
            Penyu termasuk dalam kelompok reptilia purba yang bentuknya hampir tidak mengalami perubahan sejak seratus juta tahun yang lalu ketika munculnya Archelon yang panjangnya mencapai 4 meter. Sekarang penyu terbesar adalah penyu belimbing (Dermochelys coriacea) yang panjangnya bisa mencapai 2 meter dengan berat 500 kg. Penyu adalah fauna melata yang terbiasa hidup semata-mata di laut.
            Perairan Indonesia termasuk kawasan yang penting bagi perkembangbiakan penyu dunia. Sulawesi Utara merupakan salah satu daerah penyebaran penyu di Indonesia. Penyu kerap ditemukan di perairan Sulawesi Utara antara lain di kawasan Taman Nasional Bunaken, Selat Lembeh, perairan Tumpaan, Likupang, Kombi dan beberapa daerah pesisir lain di Minahasa, Bolaang Mongondow serta Kepulauan Sangihe dan Talaud.  Dari tujuh jenis penyu yang masih tersisa hingga kini, ada enam jenis yang ditemukan di Indonesia yaitu penyu hijau (Chelonia mydas), penyu sisik (Eretmochelys imbricate), penyu lekang (Lapidochelys olivacea), penyu pipih (Natator depressus), penyu tempayan (Caretta caretta) dan penyu belimbing (Dermochelys coriacea).
Penyu laut mempunyai kemampuan menyesuaikan diri yang khas untuk hidup di lingkungan laut. Biasanya penyu mendatangi kawasan terumbu karang dan padang lamun. Penyu bernafas dengan paru-paru dan berkembangbiak dengan cara bertelur dan menetaskannya untuk menjadi anak penyu yang dinamakan tukik. Penyu meletakkan telurnya di daerah pantai berpasir dan relatif terlindung. Penyu mempunyai kaki berbentuk sirip yang kuat untuk mengeduk pasir dan untuk berenang cepat dalam rangka menghindari musuh. Hewan ini memiliki kelenjar garam di dekat matanya yang digunakan untuk menormalkan kandungan garam dalam darah jika darahnya terlalu mengandung banyak garam.

 2.                 TINJAUAN PUSTAKA 
             Morfologi dan sistematika
            Penyu laut adalah organisme bertulang belakang yang hidup pada 2 habitat. Secara umum tubuhnya ditutupi oleh sisik, bergerak dengan menggunakan kaki yang berfungsi juga sebagai sirip. Penyu tergolong hewan berdarah dingin (poikiloterm), bernapas dengan paru-paru dan berkembangbiak dengan menetaskan telur.
            Secara morfologis, ciri khas penyu laut adalah bentuk tubuhnya yang terdiri atas tempurung punggung (kerapas) yang keras dan terbuat dari bahan tanduk dan tempurung perut (plastron) yang lebih tipis dan lebih lemah yang terbuat dari bahan yang sama. Jenis sisik yang terdapat pada karapas adalah sisik nuchal, sisik marginal, sisik sisi, dan sisik verbal (Mingkid 1992). Penyu mempunyai keunikan-keunikan tersendiri dibandingkan hewan-hewan lainnya. Tubuh penyu terbungkus oleh tempurung keras yang berbentuk pipih serta dilapisi oleh zat tanduk. Tempurung tersebut mempunyai fungsi yang sebagai pelindung alami dari predator. Sedangkan penutup pada bagian dada dan perut disebut dengan plastron.
            Ciri khas penyu juga terletak pada terdapatnya sisik infra marginal (sisik yang menghubungkan antara karapas, plastron dan alat gerak berupa flipper. Flipper  pada bagian depan berfungsi sebagai alat dayung dan flipper pada bagian belakang befungsi sebagai alat kemudi. Pada penyu-penyu yang ada di Indonesia mempunyai ciri-ciri khusus yang dapat dilihat dari warna tubuh, bentuk karapas, serta jumlah dan posisi sisik pada badan dan  kepala penyu. Penyu mempunyai alat pecernaan luar yang keras, untuk mempermudah menghancurkan, memotong dan mengunyah makanan.
            Penyu laut  adalah reptil yang sangat dikenal oleh masyarakat yang termasuk dalam ordo Testudines. Dari ordo ini ada dua famili yakni Dermochelidae dan Chelonidae.
            Perbedaan mencolok pada tempurung antara suku Dermochelidae dan Cheloniidae adalah pada bentuk tempurung Dermochelidae yang membentuk belimbing; sedangkan Cheloniidae berbentuk seperti pipih-pipih yang tersusun membentuk pola-pola tertentu (Gambar 1).

Gambar 1 : Morfologi penyu laut

            Morfologi jejak lintasan (track) adalah salah satu cara penentu jenis penyu. Identifikasi jenis dengan cara ini membutuhkan pengalaman dan keterampilan yang baik, terutama untuk membedakan track penyu Tempayan, Sisik dan penyu Lekang. Gambaran yang diamati adalah lebar serta simetris atau tidaknya suatu lintasan penyu di pantai peneluran. Lebar track diukur dengan meteran pita. Lebar track penyu Belimbing kurang lebih 150 cm, penyu Hijau kurang lebih 100 cm, penyu Pipih kurang lebih 90 cm, penyu Tempayan > 90 cm, penyu Sisik kurang lebih 75 cm, dan penyu Sisik Semu kurang lebih80 cm. Penyu Belimbing, Hijau, dan penyu Pipih meninggalkan jejak yang simetris, sedangkan penyu Tempayan, Sisik dan Sisik Semu memiliki track yang tidak simetris (anonim 2011)
            Track simetris berdiameter sekitar 100 cm adalah karakteristik yang dimiliki penyu Hijau (kiri). Gambar 2 sebelah kanan menunjukkan track yang berakhir dengan sarang telur penyu. Jejak naik (A), pasir-pasir yang ‘dilempar ke belakang’ ke arah jejak naik (B), lubang tubuh sekunder dan lemparan pasir di sekitarnya (C), dan jejak turun ke laut (D) adalah sangat nyata. Garis pasang tertinggi (E)
                                                    A                                               B
                               A. Morfologi Track Penyu Laut (Jalur Bertelur Penyu)
                               B. Berbentuk U seperti ini adalah ciri memeti (penyu naik, tapi tidak bertelur).
                                                     Gambar 2. Morfologi Track
                  
 
Gambar 3. Jalur Lintasan
            Beberapa jenis jalur lintasan yang tak menghasilkan sarang telur penyu. (A) Penyu bergerak ekstensif tapi tak ada tanda terbentuknya lubang tubuh dan lubang telur; (B) selanjutnya penyu bergerak mengikuti bentuk huruf U ke arah garis pasang tertinggi; (C) Ada proses penggalian lubang tubuh dan lubang telur, namun tidak ada proses penutupan lubang; (D) ada indikasi penggalian lubang tubuh namun tak ada tanda-tanda terjadinya proses penutupan lubang; (E) Jalur lintasan menunjukkan panjang saat naik relatif sama dengan saat turun; (F) Garis pasang tertinggi.
Hirt (1971) menyatakan bahwa secara umum penyu laut dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom         : Animalia
      Phylum      : Chordata
            Class                : Reptilia
                  Ordo                      : Testudinata
                        Famili              : Cheloniidae
                              Genus        : Chelonia
                                    Spesies  : Chelonia mydas
                                                    Eretmochelys imbricate
                                                    Lapidochelys olivacea
                                                    Natator depressus
                                                    Caretta caretta
                                                    Dermochelys coriacea

Habitat dan Penyebaran
            Penyu laut terdapat di banyak perairan di dunia. Fauna ini tersebar di samudra Atlantik dan Pasifik, laut Mediterania, Afrika Selatan, perairan Asia Tenggara, Australia, Jepang, dan beberapa perairan lainnya.
            Anonim (1976) dalam Rumambi ( 1994) menyatakan tempat yang disukai oleh penyu adalah perairan laut yang relativ dangkal, tidak lebih dari 200 meter, dimana banyak ditumbuhi oleh lamun. Sumertha (1979) dalam Rumambi (1994) mengatakan bahwa penyu yang sudah dewasa tingggal di daerah pengambil makanan yang merupakan daerah perairan yang dapat ditembusi oleh sinar matahari dan ditumbuhi oleh tumbuhan laut.
Gambar 3 di bawah ini merupakan contoh penyebaran penyu di Indonesia.

Gambar 4. Penyebaran penyu di Indonesia

Reproduksi
            Penyu jantan memulai migrasi reproduksinya sebelum penyu betina. Mereka berlomba ke daerah perkawinan dan tidak sabar menunggu penyu betina untuk muncul. Dengan tanda dari penyu betina, penyu jantan dengan tiba-tiba berenang mendahului dan dengan segera mencoba merayap atau merangkak karapas penyu betina untuk memulai perkawinan. Dengan menggunakan kuku pada sirip depannya untuk memegang pinggiran karapas penyu betina bagian depan, penyu jantan memutar ekornya di bagian bawah dari penyu betina untuk memasukan sperma ke kloaka penyu betina. Keduanya bisa bertahan dengan pelukan perkawinan dalam waktu berjam-jam di dekat permukaan dan di dasar. Adakalanya mereka ke permukaan untuk bernapas tetapi kemudian langsung turun ke bawah.
            Kebanyakan penyu betina bertelur di pantai di kawasan yang sama di tempat di mana mereka menetas. Musim peneluran berbeda-beda antara tempat yang satu dengan yang lainnya. Jika penyu betina melihat manusia sebelum dia bersarang, dia akan lebih suka berputar kembali ke laut, dan kemudian kembali nanti. Jika pantai sepi dan penyu betina merasa tidak terganggu dia akan merangkak ke pantai untuk beberapa menit. Setelah, melihat sekitarnya dia melanjutkan ke dalam sampai menemukan tempat yang tepat untuk menggali sarangnya.
            Musim bertelur penyu (dalam satu tahun) terjadi pada bulan Januari sampai Mei, kemudian bulan Oktober sampai Desember (Anwari 1986 dalam Rumambi 1994). Musim bertelur penyu antara daerah satu dengan daerah huhi yang lainnya berbeda-beda dan sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan alam setempat; sebagai contoh musim bertelur penyu di daerah Jawa Timur antara bulan Oktober –April, Kalimantan Selatan antara bulan September-April dan Kalimantan Barat antara bulan Januari-Juni untuk setiap tahunnya; namun tidak menutup kemungkinan penyu bertelur di luar musim peneluran.
Tabel 1. Jumlah dan ukuran telur penyu untuk menurut spesies
                                                                                                                        
No
Jenis Penyu
Nama Indonesia
Jumlah (Butir)
Ukuran
(Diameter/mm)
1
Chelonia mydas
Penyu hijau
100 – 140
40 – 46
2
Dermochelys coriacea
Penyu Belimbing
60 – 110
51 – 55
3
Eretmochelys imbricate
Penyu Sisik
70 – 130
32 – 36
4
Natator depressus
Penyu Pipi
50 – 60
50 – 52
5
Caretta caretta
Penyu Tempayan
90 – 130
39 – 43
6
Lapidochelys olivacea
Penyu Lekang
100 – 120
37 – 42
































Tidak ada komentar:

Posting Komentar